Rabu, 06 Mei 2015

catatan Koran Merdeka dari Buku Ahmad Safe'i glr Sultan Ratu Pikulun Paksi Buay Belunguh


catatan dari Koran Merdeka,dari Buku Ahmad Safe'i glr Sultan Ratu Pikulun
 
         J.R.LoganPada thn 1848 tlah mengemukakan teorinya,bahwa Bangsa Indonesia berasal dari Assam yg terletak di India slatan, sebelah Utara Burma.Yg berhubungan langsung dg tujuan tulisanan ini dapat dibuat suatu rekonstruksi sebagai berikut: Suku Melayu kono Atau Proto Malayan Tribes dari India selatan itu dalam pengungsiannya,bergerak. Menyeberangi laut Andamen untk kemudian berpencar dlm beberapa klompok klompok kesatu bergerak ketimur melalui jawa dn Kalimantan dn ada yg trus keutara terampar di philipina yg kmudian melahirkan suku bangsa. Igorot dll. 
           Klompok kedua mencapai ujung utara sumatra menyusuri pantai barat mendarat di singkel,Barus dn Sibolga,kemudian melahirkan cikal bakalnya suku2 Batak Karo,Batak,Toba,Dairi dn Alas.Klompok ketiga meneruskan pelayarannya menelusuri Pantai Barat Sumatra terus keselatan yg akhirnya tiba di KRUI dn menyebar kedaerah pegunungan kembali sebagai Mountain people menetap dibukit PESAGI dn Gng SEMINUNG.
             Sebagai manusia gunung(mountain people) yg splendid-isolation,hidup bersatu dg alam sekitarnya.Mereka percaya akan kekuatan gaib(fatisyme).dn juga berusaha menggunakan kekuatan gaib itu(magie).mereka percaya bahwa dipuncak2 gunung adalah tempat2 roh yg tertinggi bersemayam(animisme)oleh karna itu dalam perkembangan selanjutnya,kturunan mereka mengambil tempat di gunung seminung dn Bukit PESAGI sebagai tempat betapa meminta kekuatan gaib dn kekuatan SAKTI.     
              Namun demikian pengalaman nenek moyang mereka,yg bergerak mengarunggi samudra luas dalam melakukan pengungsian besar besaran membentuk karakter "dwi muka"sebagai manusia gunung dn tau akan arti laut karna itu mereka kemudian menyebar dari Bukit Pesagi serta gunung seminung kesekitar danau ranau untuk melanjutkan mendirikan klompok bernama SKALA BRAK sekala. Indentik dng bahasa kawi berarti "Penjelmaan atau titisan" Sedang Brak dalam Bahasa Komring dn Balik Bukit adalah yg dipakai skarang sudah mempunyai arti"Besar"atau "Lebar" karna BERAK merupakan keterangan dari SEKALA yg masih terdapat dalam bahasa jawa Kuno.dapat dipastikan. Brak sekarang berasal dari kata BHRA,BHRA berarti yg suci atau yg mulia.Jadi SEKALA BHRA berarti titisan atau penjelmaan DEWA.hal ini patut dikemukakan tampaknya bersesuaian dg pengertian itu dimana dikatakan cikal bakal SEKALA. BHRA adalah berasal dari Dewa di Gng Seminung dn Bk Pesagi dn anggapan serta kepercayaan.Patut pula dicatat bahwa wangsa Skala Bhra yg dimaksut dlm tulisan ini adalah wangsa Skala Bhra sebagai mulan Sriwijaya pemula berarti sebelum adanya generasa Paksi Pak Yg menyebarkan Agama Islam.

sumber : Buku Serba Serbi Asal Usul Suku Lampung
 Ahmad Safe'i glr. Sultan Ratu Pikulun Saibatin Kepaksian Buay Belunguh

disalin oleh : Bima Novian Zurlan

Senin, 04 Mei 2015

Tingkatan Adok Dalam Adat Paksi Buay Pernong



Tingkatan Adok Dalam Adat Paksi Buay Pernong Paksi Pak Sekala Brak

Oleh: Ibnu Hadjar glr. Raja Sempurna
       Ditulis ulang: Bima Novian Zurlan




Dalam tatanan adat paksi buay pernong paksi pak sekala brak, Adok(gelar adat) memiliki arti yang penting karena adok tersebut menunjukkan kedudukan dan status seseorang dalam kehidupan bermasyarakat.
Adok yang tertinggi dalam adat Paksi Buay Pernong adalah Sultan  yang berkedudukan sebagai Raja Adat Saibatin Paksi Buay Pernong.  Gelar untuk Permaisuri Sultan adlah Ratu.
Jenjang adok dibawah Sultan adalah sebagai berikut;
-Untuk Laki Laki
RAJA – BATIN – RADIN –MINAK – KEMAS – MAS
-Untuk Perempuan
BATIN – RADIN – MINAK – MAS – ITTON

Seseorang yg bergelar  Raja misalnya, sudah dipastikan bahwa ia memiliki anak buah yang tersusun dalam suatu kelompok masyarakat yang  disebut  JUKKU, karena ia membawahi beberapa orang Batin, Radin, Minak, Kimas dst.
                Bila pakkal adok ayahnya adlah Raja, maka anaknya yang tertua laki laki dapat diusulkan berpakkal adok yang sama dengan ayahnya yaitu Raja. Adat seperti ini dikenal dengan adat Lulus Kawai.
Untuk adok istrinya yaitu dua tingkat dibawah suaminya, misal Adok Suami : Raja A maka adok Istri : Radin Ayu B. begitu seterusnya.
                Namun tatanan tersebut tidak berlaku bagi Raja atau adok lainnya yang tertata dalam Pepatih Lamban Gedung, karena umumnya adok mereka diberikan berdasarkan Kedekatan Hubungan Darah Dengan Saibatin. Maka untuk mereka yang masih bertali darah dengan Saibatin adok mereka hanya berbeda satu tingkat, misal Anak Saibatin no.2 adok : Raja A maka adok istrinya : Batin Ayu B. begitu seterusnya.

Adok Raja           
                Dalam adat paksi buay pernong adok Raja dianugrahkan kepada
1.       Kepala  JUKKUAN PAKSI
2.       Putera kedua Saibatin
3.       Menantu Tertua Saibatin
Fungsi dan kedudukan penyandang Adok.
                Dalam tatanan adat paksi buay pernong setiap adok mulai dari Sultan sampai Radin merupakan kepala(pemimpin) sekelompok masyarakat adat yang menjadi tanggung jawabnya.
Kelompok tsb adalah:
1.       Adok Sultan sebagai Raja Adat memimpin Kerajaan adatnya atau yang dalam hal ini adalah Kepaksian atau Marga
2.       Adok Raja sebagai Kepala Jukku memimpin sebuah Jukkuan Paksi
3.       Adok Batin sebagai kepala Sumbai
4.       Adok Radin sebagi kepala KEBU
5.       Khagah / Kepala Keluarga memimpin sebuah rumah tangga.


T

Marga Buay Kenyangan



Marga  Buay Kenyangan
Marga Buay Kenyangan merupakan keturunan langsung dari Uppu Jadi Sakti yang konon berasal dari daerah Bengkulu.
                Beliau datang ke bumi Sekala Brak yang saat itu masih dihuni oleh suku tumi yang bekepercayaan animisme. Saat itu suku tumi masih menyembah dewa dewa dan sering melakukan pemujaan.
                Disuatu ketika  suku tumi tengah mengadakan ritual pemujaan dengan mengorbankan seorang gadis perawan. Gadis tersebut diketahui bernama Anak Putri Buay Bulan Suku Tumi. Ketika itu Uppu Jadi Sakti melihat langsung ritual akan dilakukan di atas batu Kenyangan di Tanah Cukuy dan siap untuk dipancung. Sampai sekarang Batu Kenyangan tsb. masih ada di tanoh cukuy dataran pekon canggu. 
                Tak begitu jelas bagaimana Uppu Jadi Sakti dapat membebaskan Anak Putri Buay Bulan itu,. Kemudian Uppu Jadi Sakti  menagajak Suku Tumi Untuk memeluk agama islam. Akan tetapi mereka menolak dan malah pergi meninggalkan daerah Bumi Sekala Brak.
                Uppu Jadi Sakti mempunyai istri yang berasal dari Batusangkar, dari perkawinannya ini melahirkan empat orang anak yaitu : Pangeran Pulun Dengian Sakti, Lipati Waya Senakhing, Uppu Agung Bagesing dan Minak Mandekhi. Keempat anak Uppu Agung Bagesing ini pun membentuk kebuayan yang diberi nama Buay Kenyangan.
         
      
Sumber: Majalah Beguai Jejama 2002